Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan terbaik bagi umat manusia di seluruh penjuru dunia. Dia adalah nabi terakhir atau disebut penutup para nabi. Ia adalah kekasih Allah SWT yang diberi keajaiban, kelebihan, dan keistimewaan luar biasa yang tidak dimiliki oleh manusia biasa pada umumnya. Oleh karena itu beliau memiliki sifat dan karakter yang sangat patut diteladani oleh kita sebagai umatnya.
Apa yang kita jalani di dunia sekarang ini, sebagai manusia yang cerdas, dan memiliki kewajiban khusus dalam meningkatkan kehidupan dan ketakwaan serta meneladani sifat-sifat Nabi menurut kita. Para sahabat Nabi benar-benar orang yang patut diteladani, mereka selalu menjadikan Nabi sebelumnya sebagai panutan.
Ada sebuah kisah yang menceritakan salah satu sahabat Nabi selamat dari kematian karena kecintaannya pada Al-Qur'an. Ia sangat suka dan terbiasa membaca Surah Al Isra ayat 7.
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا ٧
Artinya: "Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai."
Menurut buku Beli Surga dengan Al-Qur'an karya R. Wahidi dan M. Syukron Maksum, siang dan malam sahabat nabi itu selalu membaca ayat tersebut. Kemudian, ada seorang wanita musyrik yang membencinya karena sering mendengar lantunan ayat tersebut.
Wanita itu berencana untuk menyakitinya. Dikatakan bahwa dia membuat manisan dan mencampurnya dengan racun. Kemudian, dia memberikan permen tersebut kepada para sahabat nabi yang gemar membaca Al-Qur'an.
Para sahabat Nabi kemudian menerima dan membungkus manisan tersebut lalu membawanya sebagai bekal melintasi padang pasir. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan dua pemuda yang baru saja kembali dari perjalanan jauh dan terlihat lelah.
Dia kemudian menawarkan permen yang dia bawa. "Apakah kamu ingin beberapa permen?" Dia bertanya.
Keduanya menjawab, "Ya."
Kemudian, setelah kedua pemuda itu memakan manisan itu, mereka jatuh dan mati.
Berita kematian kedua pemuda itu menyebar ke seluruh kota Madinah dan sang sahabat ditangkap karena dituduh sebagai dalang pembunuhan tersebut. Kemudian, kasus ini dibawa ke hadapan Nabi SAW untuk diadili.
Nabi bertanya, "Dari mana kamu mendapatkan permen itu?"
Temannya menjawab, "Saya mendapatkannya dari seorang wanita."
Kemudian, Nabi SAW memerintahkan agar wanita itu dihadirkan. Begitu wanita itu tiba, dia melihat bahwa kedua pemuda yang meninggal itu tidak lain adalah anak-anaknya sendiri.
Wanita itu berkata di depan Nabi SAW tentang kebenaran ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacakan oleh para sahabat. Dia berkata, “Kebenaran ayat (yang sering dibaca oleh teman-teman) membuka mata hati saya bahwa setiap perbuatan buruk akan kembali kepada pemiliknya dan saya menyadari bahwa kematian kedua putra saya sebagai akibat dari apa yang telah saya lakukan. adalah bukti kebenaran ayat tersebut.”